Mengenal Lebih Dekat: Isu Aksesibilitas dalam Teknologi VR dan AR di Indonesia
Teknologi Realitas Virtual (VR) dan Realitas Augmentasi (AR) telah mengubah cara kita berinteraksi dengan dunia digital. Namun, di Indonesia, aksesibilitas menjadi isu utama yang menghambat perkembangan teknologi ini. Menurut Kuncoro Wastuwibowo, seorang peneliti di bidang teknologi informasi, "Hambatan utama adalah infrastruktur dan biaya. Banyak daerah di Indonesia yang masih minim akses internet berkualitas, sementara biaya perangkat VR dan AR masih relatif mahal."
Begitu pula pendapat Ratna Dewi, pemimpin komunitas developer VR di Indonesia, "Selain infrastruktur dan biaya, kita juga perlu melihat isu lain seperti kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang teknologi ini." Dewi menambahkan, "Belum banyak orang yang tau potensi dan manfaat VR dan AR, padahal aplikasinya sangat luas mulai dari pendidikan sampai industri kreatif."
Langkah-langkah Strategis Menyelesaikan Isu Aksesibilitas dalam Teknologi VR dan AR di Indonesia
Menyikapi isu tersebut, ada beberapa langkah strategis yang bisa dilakukan. Pertama, pemerintah perlu memperkuat infrastruktur digital di seluruh negeri. "Investasi pada infrastruktur broadband menjadi kunci untuk membuka akses masyarakat terhadap teknologi ini," kata Wastuwibowo. Pengembangan infrastruktur ini akan memudahkan masyarakat mendapatkan akses internet berkualitas yang menjadi syarat utama penggunaan VR dan AR.
Kedua, mendorong penurunan harga perangkat VR dan AR. Langkah ini dapat dilakukan melalui insentif pajak atau kerjasama dengan produsen perangkat. Dewi mengatakan, "Pemerintah bisa memberikan insentif kepada perusahaan yang mau menjual produknya dengan harga terjangkau. Hal ini akan membantu masyarakat memiliki akses ke perangkat VR dan AR."
Terakhir, melakukan kampanye edukasi tentang teknologi VR dan AR. Kampanye ini penting untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang manfaat dan penggunaan teknologi ini. "Kita perlu melakukan sosialisasi luas dan memberikan edukasi kepada masyarakat agar mereka paham dan tertarik untuk menggunakan VR dan AR," ujar Dewi.
Dengan begitu, langkah-langkah tersebut diharapkan dapat merespons dan menyelesaikan isu aksesibilitas dalam teknologi VR dan AR di Indonesia. Selaras dengan perkembangan zaman dan teknologi, Indonesia perlu mengambil langkah proaktif untuk memastikan masyarakatnya tidak tertinggal dalam meraih manfaat dari teknologi VR dan AR. Sebagai penutup, Wastuwibowo mengungkapkan, "Kita harus bekerja sama dan bergerak cepat untuk mengatasi isu ini. Teknologi VR dan AR bukanlah masa depan, tetapi sudah menjadi kenyataan di banyak negara."