0 Comments

Mengenal Lebih Dekat: Hambatan Biaya dalam Pengembangan AR dan VR

Pengembangan teknologi Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR) di Indonesia mendapati tantangan berat. Salah satunya adalah hambatan biaya. Menurut Johannes Triono, CEO Bubu.com, "Pengembangan AR dan VR memerlukan investasi besar, mulai dari perangkat keras, perangkat lunak, hingga sumber daya manusia yang berkualitas." Untuk menghasilkan produk AR dan VR berkualitas tinggi, perusahaan harus mengeluarkan dana besar.

Kendati demikian, potensi pasar AR dan VR di Indonesia tidak bisa diabaikan. Data dari IDC memperkirakan nilai pasar AR dan VR di Indonesia akan mencapai 1,06 miliar dolar AS pada tahun 2023. Dengan kata lain, hambatan biaya ini perlu diatasi untuk meraih kesempatan tersebut.

Kemudian, Strategi Efektif untuk Mengatasi Hambatan Biaya AR dan VR

Jadi, apa langkah yang bisa dilakukan? Pertama, kolaborasi bisa menjadi solusi. Perusahaan dapat bekerja sama dengan institusi pendidikan atau pemerintah untuk mendapatkan dana penelitian. "Kolaborasi antara industri dan universitas dapat membantu menekan biaya pengembangan dan penelitian," kata Johannes.

Kedua, memanfaatkan platform open source. Dalam pengembangan AR dan VR, banyak perangkat lunak open source yang tersedia dan bisa dimanfaatkan. Dengan begitu, perusahaan dapat menghemat biaya untuk pembuatan perangkat lunak.

Ketiga, perusahaan juga bisa menerapkan strategi ‘lean’. Prinsip ini menekankan pada efisiensi dan penghapusan pemborosan. Praktik ini dapat membantu perusahaan mengurangi biaya dan mengefisienkan operasional.

Terakhir, perlu ada dukungan dari pemerintah. Seperti kata Johannes, "Pemerintah harus memberikan insentif dan dukungan untuk industri AR dan VR di Indonesia, baik dalam bentuk regulasi yang mendukung atau pembiayaan."

Jadi, meski hambatan biaya dalam pengembangan AR dan VR cukup berat, bukan berarti tidak ada solusi. Dengan strategi yang tepat, perusahaan bisa mengatasi hambatan ini dan berpartisipasi dalam pasar AR dan VR yang potensial. Ini bukanlah tugas yang mudah, tetapi dengan kerja keras dan strategi yang tepat, bisa menjadi mungkin. Pastinya, masa depan AR dan VR di Indonesia masih cerah!

Related Posts